Pencarian jasmani, rohani dan nafsani merupakan pencarian umat manusia yang berkesinambungan terus menerus. Umumnya orang meningkatkan ke tiga spek kehidupannya itu dengan melalui agama. Kebatinan/aspek batin dan aspek ideolgi praksis fundamentalis dalam agama menjadi "kemapanan" yang harus dipertanyakan karena tidak holistik memandang kehidupan. Pemahaman,pengalaman dan pengamalan agama yang terlalu literal disatu sisi dan liberal di sisi lain jauh dari sikaptindak pertengahan dengan kepemimpinan yang tidak meperlihatkan empati dan kesadaran akan kemanusiaan yang universal, menjadi halangan/hijab dari bercahayanya iman dari umat beragama secara keseluruhan dan utuh sudut pandangnya. Pangkuan aliran-aliran spiritual dan gerakan-gerakan ekstrim fundamentalis di lain pihak sebagai alternatif bagi sebagian ummat TUHAN terjadi karena disorientasi dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan negara, juga konflik dan ketidakpuasan internal maupun eksternal keagamaan.Sesuatu yang dianggap menjanjikan tetapi hanyalah kesesatan yang nyata. Dalam menghadapi situasi seperti ini mengembalikan hakekat beragama dari yang konvensional sekarang ini menjadi kehendak sinkretik yang holistik, kosmis yang mengalamsemesta baik aspek fisika/kezahiran dan metafisika/keghaiban yang satu dan utuh menjadi agama Tuhan untuk bersama(Bukankah semua yang terjadi dan menjadi pegangan keagamaan,keseluruhan konsepsi, persepsi dan aplikasinya diatur/dikontrol olehNYA dan merupakan kehendakNYA tanpa terkecuali?). Kesempurnaan aspek universal dan partikular/khusus dalam penebusan dosa untuk seluruh jiwa ummatNYA,yang memajukan peradaban bersama bukan pula ditujukan oleh Tuhan menjadi pengkultusan. Gejala penyimpangan yang sudah akut berupa pembiaran pada anggota masyarakat apabila menjadi maling/koruptor, penipu atau pelaku kriminal. Dengan apologia/pembenaran secara tidak bertanggungjawab dengan ungkapan semua itu menjadi urusan pribadi orang tersebut harus ditepis. Yang mana terakumulasi menjadi tindakan yang terstruktur dan terkultur secara bersama-sama untuk melakukan penyimpangan dan dianggap biasa. Bahkan karena lemahnya iman dan sistem hukum yang jauh dari keadilan para pesakitan itu bisa menjadi "pahlawan" dan "korban yang teraniaya". Manusia berkembang menjadi mahluk yang paling artifisial dalam sikap tindak akal bulusnya, sepak terjang biologis kebinatangannya, yang jauh dari realitas ideal dan realitas hakekat sebagai mahluk tersempurna. Kebutuhan-kebutuhan praktis sehari-hari dan tujuan-tujuan yang sangat pragmatis dalam berkarya dan beribadah, hingga nafsu hedonis yang menipu menjadi darah dan daging, mau tak mau, suka tidak suka, perlu dan harus dibangkitkan dari keterpurukan ini. Ruang kotemplatif dan meditatif yang secara rutin dilakukan, tidak menjadi membesar dengan kekayaan makna akan dimensi milikNYA, malah menyempit dalam kejunuban, kekerdilan dan kekolotan. Perangkat keras dan lunak dari keadaban yang ditopang sains dan teknologi barulah bersifat suprafisial dan miskin kaedah hakikat filsafaati yang mencerahkan, dan masih perlu diberikan sentuhan kemanusiaan yang sejati. Dalam imaji dari kenyataan ini manusia dan kemanusiaan tidak bergerak, tanpa perasaan yang lembut menentramkan dan pikiran yang jernih mencerdaskan. Tetapi dibalik semua ini, akan ada daya lain yang akan mengambil peran pensyafaatan untuk menggenabkan semua milikNYA. Pertanyaan besar dalam sejarah bagaimana kejaiban itu mungkin dan terwujud. Bisakah dunia dan kehidupan yang abadi diperbaiki ketika sejarah manusia yang panjang mencatatnya dalam tinta yang kelam dan penuh dengan kekecewaan. Tiap kali ada perbaikan dalam hidup tiap kali ada malapetaka sesudah itu. Harapan hendaknya diwujudkan tidak dalam makna yang paradoks. Sikap tawakkal/penyerahan diri yang proaktif dan positif akan datangnya syafaat menegasikan sejarah akan berulangnya lagi kegagalan dan kesengsaraan. Di sinilah tranformasi ini dimulai. Dengan waktu yang berulang reinkarnatif dalam dimensi kekinian, harapan, iman dan kasih sayang akan menjadi kesadaran terkuat, yang menggusur kesadaran akan hidup yang selalu di bawah kekerasan dan pelanggaran, ke dalam perdamaian abadi dalam iman , kepada keadilan makna keilmuan dan kepada kebangkitan trasformatif dalam beramal ibadah kepadaNYA dalam keutuhan KeMahaKasih dan KeMahaSayangNYA yang menyejahterakan dan mencerahkan.
Putih meliputi seluruh dunia!!!!
Putih meliputi seluruh dunia!!!!
Komentar
Posting Komentar